ANALISIS
ALIRAN-ALIRAN KLASIK PENDIDIKAN
A . Aliran
Nativisme
Nativisme
berasal dari kata Nativus yang berarti kelahiran. Teori ini muncul dari
filsafat nativisma (terlahir) dari kata sebagai suatu bentuk dari filsafat
idealisme dan menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan anak ditentukan
oleh hereditas, pembawaan sejak lahir, dan faktor alam yang kodrati.Pelopor
aliran Nativisme adalah Arthur Schopenhauer seorang filosof Jerman yang hidup
tahun 1788-1880. Aliran nativisme (aliran pesimistik).Aliran nativisme
menyatakan bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari pembawaan yang
berupa bakat. Bakat yang merupakan pembawaan seseorang akan menentukan
nasibnya. Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran empirisme. Orang yang
“berbakat tidak baik” akan tetap tidak baik, sehingga tidak perlu dididik untuk
menjadi baik. Orang yang “berbakat baik” akan tetap baik dan tidak perlu
dididik, karena ia tidak mungkin akan terjerumus menjadi tidak baik.
Adapun
aliran Nativisme, secara umum sangat dipengaruhi oleh pandangan-pandangan dari
aliran Idealisme, terlihat dari konsepsi dasarnya tentang hakikat manusia itu
sendiri. Menurut aliran Nativisme ini, manusia mempunyai potensi yang menentukan
pertumbuhan dan perkembangan dalam proses penerimaan pengetahuan. Potensi
tersebut merupakan “gabungan” dari hereditas orang tuanya maupun
“bakat/pembawaan” yang berasal dari dirinya sendiri.
Faktor
perkembangan manusia dalam teori nativisme
1.
Faktor Genetic.
Adalah
faktor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul
dari diri manusia. Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah seorang
penyanyi maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi yang prosentasenya
besar.
2.
Faktor Kemampuan Anak
Adalah
faktor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang terdapat dalam
dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang
ada dalam dirinya. Contohnya adalah adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
yang mendorong setiap anak untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya
sesuai dengan bakat dan minatnya.
3.
Faktor pertumbuhan Anak
Adalah
faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap pertumbuhan
dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka
dia kan bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan yang
dimiliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut
tidak bisa mngenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.
Tujuan-Tujuan
Teori Nativisme
1.
Mampu memunculkan bakat yang dimiliki
Dengan teori
ini diharapkan manusia bisa mengoptimalkann bakat yang dimiliki dikarenakan
telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya.
Dengan adanya
hal ini, mudahkan manusia mengembangkan sesuatu yang bisa berdampak besar
terhadap kemajuan dirinya.
2.
Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi
Dengan teori
ini diharapkan setiap manusia harus lebih kreatif dan inovatif dalam upaya pengembangan
bakat dan minat agar menjadi manusia yang berkompeten sehingga bisa bersaing
dengan orang lain dalam menghadapi tantangan zaman sekarang yang semakin lama
semakin dibutuhkan manusia yang mempunyai kompeten lebih unggul daripada yang
lain.
3.
Mendorong manusia dalam menetukan pilihan
Adanya teori
ini manusia bisa bersikap lebih bijaksana terhadap menentukan pilihannya, dan
apabila telah menentukan pilihannya manusia tersebut akan berkomitmen dan
berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut dan meyakini bahwa sesuatu yang
dipilihnya adalah yang terbaik untuk dirinya.
4.
Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang
Teori ini
dikemukakan untuk menjadikan manusia berperan aktif dalam pengembangan potensi
diri yang dimilii agar manusia itu memiliki ciri khas atau ciri khusus sebagai
jati diri manusia.
5.
Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki.
Dengan
adanya teori ini, maka manusia akan mudah mengenali bakat yang dimiliki, denga
artian semakin dini manusia mengenali bakat yang dimiliki maka dengan hal itu
manusia dapat lebih memaksimalkan baakatnya sehingga bisa lebih optimal.
Aliran ini
berpendapat bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor yang
dibawa sejak lahir itulah yang menentukan perkembangannya dalam kehidupan.
Nativisme berkeyakinan bahwa pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat
pembawaaan. Dengan demikian menurut mereka pendidikan tidak membawa manfaat
bagi manusia. Karena keyakinannya yang demikian itulah maka mereka di dalam
ilmu pendidikan disebut juga aliran Pesimisme Paedagogis.
B. Aliran Empirisme
B. Aliran Empirisme
Aliran
empirisme (aliran optimisme). Aliran empirisme mengutamakan perkembangan
manusia dari segi empirik yang secara eksternal dapat diamati dan mengabaikan
pembawaan sebagai sisi internal manusia. Dengan kata lain pengalaman adalah
sumber pengetahuan, sedangkan pembawaaan yang berupa bakat tidak diakui.
Manusia
dilahirkan dalam keadaan kosong, sehingga pendidikan memiliki peran penting
yang dapat menentukan keberadaan anak. Aliran ini melihat keberhasilan
seseorang hanya dari pengalaman (pendidikan) yang diperolehnya, bukan dari
kemampuan dasar yang merupakan pembawaan lahir. Tokoh utamanya John Locke
(1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “The School of British Empircism”
(aliran empirisme inggris). Namun, aliran ini lebih berpengaruh terhadap para
pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat bernama
“environmentalisme” (aliran lingkungan) dan psikologi bernama “environmental
psychology” (psikologi lingkungan) yang relatif masih baru (Rober, 1988).
Doktrin
aliran empirisme yang amat mashyur adalah “tabula rasa”, sebuah istilah bahasa
latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank
tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan,
dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada
lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak
lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini para penganut empirisme (bukan
empirisme) menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan
kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak menjadi apa seorang anak
kelak bergantung pada pengalaman/lingkungan yang mendidiknya. Jika seorang
siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari ilmu politik, tentu
kelak ia akan menjadi seorang polisi. Karena ia memiliki pengalaman belajar di
bidang politik, ia tak akan pernah menjadi pemusik, walaupun orang tuanya
pemusik sejati.
Aliran
empirisme dipandang berat sebelah, sebab hanya mementingkan peranan pengalaman
yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak
sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam kehidupan
sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun lingkungan
sekitarnya tidak mendukung.
Kelemahan
aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman, sedangkan kemampuan dasar yang
di bawa anak sejak lahir, di kesampingkan. Padahal ada anak yang berbakat dan
berhasil meskipun lungkungan tidak terlalu mendukung.
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh faktor lingkungan atau pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil.
Manusia dapat dididik menjadi apa saja (kearah yang baik atau kearah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidik-pendidiknya. Dengan demikian pendidikan diyakini sebagai sebagai maha kuasa bagi pembentukan anak didik.Karena pendapatnya yang demikian, maka dalam ilmu pendidikan disebut juga Aliran Optimisme Paedagogis. Tokoh aliran ini yaitu John Locke.
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh faktor lingkungan atau pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil.
Manusia dapat dididik menjadi apa saja (kearah yang baik atau kearah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidik-pendidiknya. Dengan demikian pendidikan diyakini sebagai sebagai maha kuasa bagi pembentukan anak didik.Karena pendapatnya yang demikian, maka dalam ilmu pendidikan disebut juga Aliran Optimisme Paedagogis. Tokoh aliran ini yaitu John Locke.
C. Aliran
Konvergensi
Aliran
konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran empirisisme dengan
aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan)
dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan
manusia.
Berdasarkan
uraian mengenai aliran-aliran doktrin filosofis yang berhubungan dengan proses
perkembangan diatas, penyusun pandangan bahwa faktor yang memengaruhi tinggi
rendahnya mutu hasil perkembangan siswa pada dasarnya terdiri atas dua macam:
- Faktor Internal yaitu
faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan
potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri.
- Faktor Eksternal yaitu hal-hal
yang datang atau ada diluar diri siswa yang meliputi lingkungan (khususnya
pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan
lingkungannya.
Penganut
aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor
pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat
penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik
tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu.
Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak
yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan
untuk mengembangkan itu. Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia
berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil konvergensi.
Pendidikan
diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk
mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang
baik.
Yang
membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.Aliran konvergensi
pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami
tumbuh-kembang manusia. Meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang
faktor mana yang paling penting dalam menentukan tumbuh-kembang itu. Dari sisi
lain, variasi pendapat itu juga melahirkan berbagai pendapat/gagasan tentang
belajar mengajar, seperti peran guru sebagai fasilitator ataukah informator,
teknik penilaian pencapaian siswa dengan tes objektif atau tes esai, perumusan
tujuan pengajaran yang sangat behavioral, penekanan pada peran teknologi
pengajaran (The Teaching Machine, belajar berprogram, dan lain-lain).
D. Aliran
Naturalisme
Nature
artinya alam atau yang di bawa sejak lahir. Aliran ini di pelopori oleh seorang
filusuf Prancis JJ.Rousseau(1712-1778). Berbeda dengan nativisme naturalisme
berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik, dan
tidak satupun dengan pembawaan buruk. Bagaimana hasil perkembangannya kemudian
sangant di tentukan oleh pendidkan yang di terimanya atau yang mempengaruhinya.
Jika pengeruh itu baik maka akan baiklah ia akan tetapi jika pengaruh itu
jelek, akan jelek pula hasilnya. seperti dikatakan oleh tokoh aliran ini yaitu
J.J. Rousseausebagai berikut:”semua anak adalah baik pada waktu baru datang
dari sang pencipta, tetapi semua rusak di tangan manusia”. Oleh karena itu
sebagai pendidik Rousseau mengajukan “pendidikan alam” artinya anak hendaklah
di biarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia atau
masyarakat jangan banyak mencampurinya.
Rousseau
juga berpendapat bahwa pendidikan yang di berikan orang dewasa malahan dapat
merusak pembawaan anak yang baik itu, aliran ini juga di sebut negativisme.
Jadi menurut
aliran ini pendidikan harus di jauhkan dari anak-anak, seperti di ketahui,
gagasan naturalise yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini malah
terbukti sebaliknya pendidikan makin lama makin di perlukan.
Tokoh aliran
ini adalah J.J. Rousseau. la adalah filosof Prancis yang hidup tahun 1712-1778.
Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia mempunyai
pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh
lingkungan, sehingga aliran Naturalisme sering disebut Negativisme.
Dalam aliran Naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran
dintaranya adalah :
- Anak didik belajar melalui
pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan
kemampuan pertumbuhan dan perkembangan didalam dirinya secara alami.
- Pendidik hanya menyediakan
lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan sebagai fasilitator
atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong
keberanian anak didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap
kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik. Tanggung
jawab belajar terletak pada diri anak didik sendiri.
- Program pendidikan di sekolah
harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan menyediakan
lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak didik.
Anak didik secara bebas diberi kesempatan untuk menciptakan lingkungan
belajarnya sendiri sesuai dengan minat dan perhatiannya.
Aliran
filsafat naturalisme didukung oleh tiga aliran besar yaitu realisme, empirisme
dan rasionalisme. Pada dasarnya, semua penganut naturalisme merupakan penganut
realisme, tetapi tidak semua penganut realisme merupakan penganut naturalisme.
Imam Barnadib menyebutkan bahwa realisme merupakan anak dari naturalisme. Oleh
sebab itu, banyak ide-ide pemikiran realisme sejalan dengan naturalisme. Salah
satunya adalah nilai estetis dan etis dapat diperoleh dari alam, karena di alam
tersedia kedua hal tersebut.
Dimensi
utama dan pertama dari pemikiran aliran filsafat naturalisme di bidang
pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam.
Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya
dalam berfikir. Peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan. Untuk
itu pendidikan yang signifikan dengan pandangannya adalah pendidikan
ketuhanan, budi pekerti dan intelek. Pendidikan tidak hanya sebatas untuk
menjadikan seseorang mau belajar, melainkan juga untuk menjadikan seseorang
lebih arif dan bijaksana..
Naturalisme
dalam filsafat pendidikan mengajarkan bahwa guru paling alamiah dari seorang
anak adalah kedua orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan bagi penganut paham
naturalis perlu dimulai jauh hari sebelum proses pendidikan dilaksanakan.
Sekolah merupakan dasar utama dalam keberadaan aliran filsafat naturalisme
karena belajar merupakan sesuatu yang natural, oleh karena itu fakta bahwa hal
itu memerlukan pengajaran juga merupakan sesuatu yang natural juga.Paham
naturalisme memandang guru tidak mengajar subjek, melainkan mengajar murid.
Tujuan
pendidikan naturalisme:
(1)
Pemeliharaan diri
(2)
Mengamankan kebutuhan hidup
(3)
Meningkatkan anak didik
(4)
Memelihara hubungan sosial dan politik
(5)
Menikmati waktu luang.
Prinsip
dalam proses pendidikan aliran naturalisme:
(1)
Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam
(2) Proses
pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik
(3)
Pendidikan harus berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak
(4)
Memperbanyak ilmu pengetahuan merupakan bagian penting dalam pendidikan
(5)
Pendidikan dimaksudkan untuk membantu perkembangan fisik, sekaligus otak
(6) Praktik
mengajar adalah seni menunda
(7) Metode
instruksi dalam mendidik menggunakan cara induktif (Hukuman dijatuhkan sebagai
konsekuensi alam akibat melakukan kesalahan. Kalaupun dilakukan hukuman, hal
itu harus dilakukan secara simpatik.
E .
Aliran Progresivisme
Aliran ini
berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat
menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat menekan, ataupun
masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya. Aliran ini memandang
bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Hal itu ditunjukkan dengan fakta
bahwa manusia mempunyai kelebihan jika dibanding makhluk lain.
Manusia
memiliki sifat dinamis dan kreatif yang didukung oleh ke-cerdasannya sebagai
bekal menghadapi dan memecahkan masalah. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas
utama pendidik, yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya.Peserta
didik tidak hanya dipandang sebagai kesatuan jasmani dan rohani, namun juga
termanifestasikan di dalam tingkah laku dan perbuatan yang berada dalam
pengalamannya. Jasmani dan rohani, terutama kecerdasan, perlu dioptimalkan.
Artinya, peserta didik diberi kesempatan untuk bebas dan sebanyak mungkin
mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang berlangsung di sekitarnya,
sehingga suasana belajar timbul di dalam maupun di luar sekolah.
Progresivisme
berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme
bersifat dinamis dan temporal; menyala.tidak pernah sampai pada yang paling
ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus
karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang
telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf
kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum
yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
Progresvisme
merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi penekanan lebih besar
pada kreativitas, aktivitas, belajar “naturalistik”, hasil belajar “dunia
nyata” dan juga pengalaman teman sebaya
Pandangan
Progesivisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan
Anak didik
diberikan kebebasan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan
bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya, tanpa terhambat oleh
rintangan yang dibuat oleh orang lain, Oleh karena itu filsafat progressivisme
tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab, pendidikan otoriter akan
mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang
gembira menghadapi pelajaran. Dan sekaligus mematikan daya kreasi baik secara fisik
maupun psikis anak didik.
Filsafat
progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes
(fleksibel) dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan zamannya. Sifat kurikulumnya adalah kurikulum yang dapat direvisi dan jenisnya yang memadai, yaitu yang bersifat eksperimental atau tipe Core Curriculum.
Kurikulum dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan atas manusia dalam hidupnya selalu berinteraksi didalam lingkungan yang komplek.
(fleksibel) dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan zamannya. Sifat kurikulumnya adalah kurikulum yang dapat direvisi dan jenisnya yang memadai, yaitu yang bersifat eksperimental atau tipe Core Curriculum.
Kurikulum dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan atas manusia dalam hidupnya selalu berinteraksi didalam lingkungan yang komplek.
Progresivisme
tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan terpisah, melainkan
harus terintegrasi dalam unit. Dengan demikian core curriculum mengandung
ciri-ciri integrated curriculum, metode yang diutamakan yaitu problem solving.
Dengan
adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit, diharapkan anak dapat
berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotor.
F . Aliran
Konstruktivisme
Jean Piaget
psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme, teori
pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi kognitif. Menurut Piaget setiap
organisme harus dapat beradaptasi dengan lingkungannya untuk dapat bertahan
hidup. Analog dengan hal tersebut manusia (siswa) pada kenyataanya berhadapan
dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus
ditanggapinya secara kognitif. Maka siswa harus mengembangkan skema pemikiran
yang lebih umum atau rinci atau perlu perubahan, menjawab, menginterpretasikan
pengalaman tersebut. Dengan cara ini pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu
berkembang.
Konstruktivisme
menekankan perkembangan dan konsep dan pengertian yang lebih mandalam,
pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak
aktif membangun pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap tidak akan
berkembang pengetahuannya.
Pengetahuan
berguna jika pengetahuan tersebut mampu memecahkan persoalan yang ada.
Pengetahuan merupakan proses yang terus berkembang. ( Great News: 2008)
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui
dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman
demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi
lebih dinamis. Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta suatu makna dari apa yang dipelajari (
Wikipedia : 2008). Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan
hidup yang berbudaya modern. (Whandi:2008).Senada dengan pengertian sebelumnya
Callahan juga mengatakan bahwa konstruktivisme menginginkan adanya perbaikan
kondisi manusia pada umumya ( Pidarta :2000).
Penerapan
pendidikan dengan pola konstruktivisme diwujudkan dengan mengajak siswa secara
aktif membangun konsep-konsep kognitif. Guru tidak sekedar memberi, namun siswa
mencari secara aktif, dan mengembangkannya. Satu contoh misalnya dalam
pembelajaran sain. Siswa terlebih dahulu diajak untuk mengamati
fenomena-fenomena alam yang ada seperti pelangi, banjir, merebaknya hama
tanaman tertentu. Melalui fenomena yang ada, guru mengarahkan siswa untuk
mencari penyebabnya. Siswa menemukan sendiri penyebab terjadinya pelangi,
banjir ataukah hama.
Pengetahuan
tidak berhenti sampai di sini, pengetahuan siswa tentang penyebab terjadinya
banjir, digunakan siswa untuk mencari solusi pencegahan banjir yang banyak
terjadi. Penerapan solusi pencegahan banjir, memerlukan pengetahuan-pengetahuan
yang baru, disinilah terlihat dinamikan pengetahuan. Pengetahuan semakin
berkembang pada diri siswa, dan dicari sendiri secara aktif oleh siswa.
Pengetahuan baru ini juga menciptakan perbaikan, banjir berkurang. Dan
pengetahuan baru jelas merupakan tindakan bermakna, sebab memberikan manfaat
pada perbaikan lingkungan.
Ciri-ciri
konstruktivisme dalam pembelajaran
- Siswa aktif membina pengetahuan
berasaskan pengalaman yang sudah ada.
- Siswa membina sendiri
pengetahuan
- Proses pembinaan pengetahuan
pada siswa melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran yang
terdahulu dengan pembelajaran yang terbaru
- Membandingkan informasi baru dengan
pemahaman yang sudah ada
- Ketidak-seimbangan merupakan
faktor motivasi pembelajaran yang utama
- Bahan pengajaran dikaitkan
dengan pengalaman siswa untuk menarik minat belajarnya
Pembelajaran
konstruktivisme sebaiknya melibatkan guru yang konstruktif pula. Guru tidak
hanya memberi pengetahuan kepada siswa, tetapi guru membantu siswa membangun
sendiri pengetahuan dalam benaknya, dengan memberikan kesempatan siswa untuk
menentukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri. Guru memberikan kepada siswa
anak tangga untuk membawa siswa kepada pemahaman yang lebih tinggi dan siswa
harus memanjat sendirianak tangga tersebut.
Guru yang
konstruktivisme memiliki ciri- ciri:
- Mendukung dan menerima
inisiatif dan otonomi siswa.
- Mencari tahu tentang pengertian
siswa akan konsep yang diberikan sebelum membagi pengertian mereka akan
konsep tersebut.
- Mendukung siswa untuk terlibat
dalam dialog, baik dengan guru atau sesama siswa.
- Memberikan pertanyaan terbuka
untuk mendorong siswa bertanya.
- Mencari perluasan dari
tanggapan siswa.
- Mengajak siswa terlibat dalam
pengalaman yang mungkin bertentangan dengan hipotesa awal mereka dan
kemudian mendorongnya untuk diskusi.
- Memberi waktu bagi siswa untuk
membentuk hubungan dan menciptakan metafora atau perumpamaan
- Mengembangkan keinginan dari
siswa dengan sering menggunakan model lingkaran belajar atau siklus
belajar.
Pendidikan
dengan pola konstruktivisme, akan menciptakan pengalaman baru yang menuntut
aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata yang mendorong siswa untuk berfikir
dan berfikir ulang lalu mendemonstrasikan. Siswa yang kreatif, akan mudah
menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada. Tentunya ini akan berkaitan pula
dengan kemampuannya menjawab soal-soal ujian akhirnya. NEM akan meningkat,
siswa putus sekolah akan berkurang. Pembelajaran yang berorientasi pada
permasalahan yang ada di lingkungan, dan selalu mengikuti perkembangan, akan
memperluas pandangan siswa, sehingga pengetahuannya tidak terbatas pada apa
yang didapat di kelas. Pengetahuannya berkembang sesuai tuntutan zaman,
sehingga pada saatnya nanti harus bekerja, aplikasi ilmunya sesuai dengan apa
yang diperlukan saat itu. Lulusan sekolah siap bekerja, pengangguran akan
berkurang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar